twitter




I Want More Time


                        Saya akan menceritakan sebuah cerita pendek. Cerita ini mengisahkan tentang penyesalan seorang ayah yang menginginkan waktu kembali ke masa-masa sulitnya waktu itu dan ia ingin merubah cerita hidupnya dan memperbaiki kesalahan yang dulu pernah ia perbuat.
                        Dikisahkan bahwa dulu terdapat keluarga yang terdiri dari ayah dan anak tunggalnya saja. Dalam cerita ini sang ibu telah meninggal dunia, terbukti dari foto ibunya yang terpampang di dinding rumah. ayah ini berperan sebagai single parent sejak anaknya duduk di bangku sekolah dasar. Sang ayah sangatlah menyayangi anaknya, namun dia tidak dapat meluapkan rasa sayangnya dengan tindakan yang baik. Terlihat ketika dia mengantarkan anaknya ke sekolah dasar suatu hari, dia hanya mengantarkan sampai depan saja dan memberikan tas sekolah anaknya begitu saja tanpa terdapat komunikasi apapun. Sedangkan ketika itu anaknya iri terhadap temannya yang diantarkan oleh ibunya dengan penuh kasih sayang dan di cium keningnya dengan penuh kelembutan, namun dia tidak.
                        Hari-hari berikutnya ayah sedang mengajari anaknya bersepeda, ayah terus menyemangati anaknya dengan berkata “get up! Be a man! You can do it!” dengan begitu anaknya akan segera bangkit dari jatuhnya, namun waktu terus berputar, hari demi hari terus berganti, hingga anaknya mencapai usia remaja. Hari-hari mereka lalui dengan suasana yang suram, tanpa komunikasi apapun, makan hanya makan, ke sekolah hanya diantar bagaikan penumpang taksi dan sopirnya dan seterusnya. Kini anaknya tengah duduk di bangku SMA, ketika itu anaknya pulang terlambat dan anaknya beralasan bahwa dia pergi kerumah temannya namun ayah tidak memercayainya, dia mengetahui bahwa anaknya berbohong dan dia tahu bahwa anaknya hanya bermain-main saja dengan musisi-musisi. Anaknya memang pandai bermain musik dan bercita-cita sebagai seorang musisi, namun dia tidak mendukung pendapat anaknya, dia sangat marah kepada anaknya hingga suatu saat ketika sang anak melihat kontes musik dan melihat seseorang yang menjuarai sebagai pemusik dan disambut ramah oleh kedua orang tua mereka, dia sangat iri dan kecewa. Akhirnya dia memutuskan untuk berbicara kepada ayahnya.
                        Ayah sangat marah ketika mendengar anaknya ingin menjadi seorang musisi, dia tidak mengerti keinginan anaknya dengan baik, akhirnya tanpa pikir panjang dia langsung mengusirnya tanpa mendengar alasan sang anak. Anaknya langsung pergi meninggalkan ayahnya seorang diri.
                        Kini ayah merasa kesepian dan merindukan anaknya. Ketika dia tengah duduk termenung sendirian dan dia mendengarkan sebuah lagu, dia menangis dengan begitu lemahnya, dia tak berdaya, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengembalikan anaknya, dia telah kehilangan anaknya. Dia sangat merindukan anaknya dan dia sangat ingin bertemu dengannya, dia ingin mengatakan maaf kepadanya atas apa yang telah ia perbuat. 



                        Suatu ketika, dia mendapat tiket konser musik terkenal yang disampulnya terpampang foto anaknya. Dia terkejut dan dia sangat senang, dia tidak menyangka bahwa anaknya akan sukses di bidang yang ia inginkan, dia sangat menyesal karena telah mengacuhkan cita-cita anaknya itu dan memilih untuk egois. Dia tidak sabar ingin melihat konser anaknya itu, keesokan harinya ketika dia berangkat menuju tempat konser, dalam perjalanan dia selalu memandangi foto anaknya tanpa disadari dia telah hilang kendali. Ketika dia memalingkan wajahnya ke depan, tak disangka dari arah yang berlawanan ada truk dan mobilnya benturan. Sebelum itu terjadi, dia tengah berfikir dan berharap waktu akan kembali seperti dulu  ketika dia bersama anaknya setiap hari, dia ingin waktu berkata kepadanya bahwa dia sangat menyayanginya dan sangat mencintainya melebihi apapun yang ia miliki. Dia sangat menyesal dan waktu yang ia harapkan kembali ternyata berbalik arah. Waktu tidak akan kembali dan apa yang sudah pecah tidak mudah kembali ke keadaan semula, kini keinginannya hanya tinggal harapan belaka. Penyesalan hanya ada di akhir dan harapan tidak akan mudah terkabul tanpa usaha. 


                        Waktu telah rusak, dan kini semua itu hanya tinggal kenangan untuknya, menjadi seorang ayah yang gagal dan menyia-nyiakan waktu yang begitu lama untuk menyendiri dan merenung, itulah kesalahan sang ayah dan harapan sang ayah yang telah gagal dan menyesal.
                       


Penulis: sebuah sinema.


Selamat Membaca Kawan... !!!

0 komentar:

Posting Komentar