I Want More Time
Saya akan menceritakan
sebuah cerita pendek. Cerita ini mengisahkan tentang penyesalan seorang ayah
yang menginginkan waktu kembali ke masa-masa sulitnya waktu itu dan ia ingin
merubah cerita hidupnya dan memperbaiki kesalahan yang dulu pernah ia perbuat.
Dikisahkan bahwa dulu
terdapat keluarga yang terdiri dari ayah dan anak tunggalnya saja. Dalam cerita
ini sang ibu telah meninggal dunia, terbukti dari foto ibunya yang terpampang
di dinding rumah. ayah ini berperan sebagai single parent sejak anaknya duduk
di bangku sekolah dasar. Sang ayah sangatlah menyayangi anaknya, namun dia
tidak dapat meluapkan rasa sayangnya dengan tindakan yang baik. Terlihat ketika
dia mengantarkan anaknya ke sekolah dasar suatu hari, dia hanya mengantarkan
sampai depan saja dan memberikan tas sekolah anaknya begitu saja tanpa terdapat
komunikasi apapun. Sedangkan ketika itu anaknya iri terhadap temannya yang
diantarkan oleh ibunya dengan penuh kasih sayang dan di cium keningnya dengan
penuh kelembutan, namun dia tidak.
Hari-hari berikutnya
ayah sedang mengajari anaknya bersepeda, ayah terus menyemangati anaknya dengan
berkata “get up! Be a man! You can do it!” dengan begitu anaknya akan segera
bangkit dari jatuhnya, namun waktu terus berputar, hari demi hari terus
berganti, hingga anaknya mencapai usia remaja. Hari-hari mereka lalui dengan
suasana yang suram, tanpa komunikasi apapun, makan hanya makan, ke sekolah
hanya diantar bagaikan penumpang taksi dan sopirnya dan seterusnya. Kini
anaknya tengah duduk di bangku SMA, ketika itu anaknya pulang terlambat dan
anaknya beralasan bahwa dia pergi kerumah temannya namun ayah tidak
memercayainya, dia mengetahui bahwa anaknya berbohong dan dia tahu bahwa
anaknya hanya bermain-main saja dengan musisi-musisi. Anaknya memang pandai bermain
musik dan bercita-cita sebagai seorang musisi, namun dia tidak mendukung
pendapat anaknya, dia sangat marah kepada anaknya hingga suatu saat ketika sang
anak melihat kontes musik dan melihat seseorang yang menjuarai sebagai pemusik
dan disambut ramah oleh kedua orang tua mereka, dia sangat iri dan kecewa.
Akhirnya dia memutuskan untuk berbicara kepada ayahnya.
Ayah sangat marah ketika
mendengar anaknya ingin menjadi seorang musisi, dia tidak mengerti keinginan anaknya
dengan baik, akhirnya tanpa pikir panjang dia langsung mengusirnya tanpa
mendengar alasan sang anak. Anaknya langsung pergi meninggalkan ayahnya seorang
diri.
Kini ayah merasa
kesepian dan merindukan anaknya. Ketika dia tengah duduk termenung sendirian
dan dia mendengarkan sebuah lagu, dia menangis dengan begitu lemahnya, dia tak
berdaya, dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengembalikan anaknya, dia
telah kehilangan anaknya. Dia sangat merindukan anaknya dan dia sangat ingin
bertemu dengannya, dia ingin mengatakan maaf kepadanya atas apa yang telah ia
perbuat.
Suatu ketika, dia
mendapat tiket konser musik terkenal yang disampulnya terpampang foto anaknya.
Dia terkejut dan dia sangat senang, dia tidak menyangka bahwa anaknya akan
sukses di bidang yang ia inginkan, dia sangat menyesal karena telah mengacuhkan
cita-cita anaknya itu dan memilih untuk egois. Dia tidak sabar ingin melihat
konser anaknya itu, keesokan harinya ketika dia berangkat menuju tempat konser,
dalam perjalanan dia selalu memandangi foto anaknya tanpa disadari dia telah
hilang kendali. Ketika dia memalingkan wajahnya ke depan, tak disangka dari
arah yang berlawanan ada truk dan mobilnya benturan. Sebelum itu terjadi, dia
tengah berfikir dan berharap waktu akan kembali seperti dulu ketika dia bersama anaknya setiap hari, dia
ingin waktu berkata kepadanya bahwa dia sangat menyayanginya dan sangat
mencintainya melebihi apapun yang ia miliki. Dia sangat menyesal dan waktu yang
ia harapkan kembali ternyata berbalik arah. Waktu tidak akan kembali dan apa
yang sudah pecah tidak mudah kembali ke keadaan semula, kini keinginannya hanya
tinggal harapan belaka. Penyesalan hanya ada di akhir dan harapan tidak akan
mudah terkabul tanpa usaha.
Waktu telah rusak, dan
kini semua itu hanya tinggal kenangan untuknya, menjadi seorang ayah yang gagal
dan menyia-nyiakan waktu yang begitu lama untuk menyendiri dan merenung, itulah
kesalahan sang ayah dan harapan sang ayah yang telah gagal dan menyesal.
Penulis: sebuah sinema.
Selamat Membaca Kawan... !!!